Film n Musik . 12/08/2025, 18:26 WIB
Penulis : Sigit Nugroho | Editor : Sigit Nugroho
fin.co.id - Film animasi "Merah Putih: One for All" yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025 mendadak jadi sorotan publik. Sutradara kondang Hanung Bramantyo secara mengejutkan meminta penundaan perilisan film tersebut, hanya dua hari sebelum jadwal tayang. Apa yang sebenarnya terjadi?
Permintaan ini disampaikan Hanung melalui unggahan Instagram pada Selasa, 12 Agustus 2025. Ia menandai akun Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha, yang juga menjabat sebagai produser eksekutif film tersebut. Menurut Hanung, kualitas animasi yang ia lihat dari trailer dan klip film masih di bawah standar.
"Bapak-bapak semua, mohon untuk ditunda penayangannya, dan dibantu menyelesaikan hingga menghasilkan karya yang bagus," tulis Hanung dalam unggahannya.
Hanung menilai hasil akhir film ini belum layak diputar untuk publik. Ia bahkan menganalogikannya seperti bangunan yang belum rampung. "Budget Rp6 miliar hanya sampai tingkat Previs (kumpulan storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan animator). Kalau itu yang ditayangkan, sudah pasti penonton akan resisten," jelasnya. Ia menambahkan, ibarat rumah, film ini belum diplester semen dan lantainya masih cor-coran kasar.
Selain mengkritik kualitas animasi, Hanung juga menyoroti peran Giring Ganesha. Sebagai figur publik sekaligus pejabat negara, Giring dinilai harus bisa memberikan contoh berkarya yang baik. Hanung menilai peran produser eksekutif tidak hanya sebatas mengawasi, tetapi juga memastikan kualitas akhir yang memuaskan.
Permintaan penundaan ini menambah panjang daftar kontroversi film "Merah Putih: One for All". Sebelumnya, film ini sudah diterpa isu biaya produksi yang disebut mencapai Rp6,7 miliar dari dana pemerintah. Meski begitu, klaim ini dibantah oleh salah satu produser film.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari Giring Ganesha maupun tim produksi terkait permintaan Hanung. Dengan jadwal tayang yang tinggal menghitung hari, nasib penayangan film ini kini berada di ujung tanduk. Publik menunggu keputusan akhir apakah film tetap rilis sesuai jadwal atau akan ditunda demi penyempurnaan.
Situasi ini menjadi ujian besar bagi pihak produksi, terutama karena rilisnya bertepatan dengan momentum kemerdekaan RI. Apabila film ini ditunda, akan ada pertanyaan besar terkait manajemen produksi dan penggunaan dana. Jika tetap tayang, risiko kekecewaan penonton akibat kualitas yang belum maksimal juga mengintai.
Yang jelas, kontroversi ini sudah menarik perhatian luas. Keputusan akhir dalam dua hari ke depan akan menjadi penentu apakah "Merah Putih: One for All" akan menjadi kebanggaan perfilman animasi Indonesia atau justru meninggalkan catatan kelam di industri ini. (Hasyim Ashari)
PT.Portal Indonesia Media